Tuesday, 2 October 2012

Cerpen Sahabat: Tersenyumlah Sahabat Ku!!


Sudah lama rasanya ya tidak nerbitin
kumpulan Cerpen tema Sahabat dan
Persahabatan disini. Sebenarnya sih
sengaja, nunggu tahun pelajaran baru gitu.
Kenapa? Karena pada masa ini kita semua
bakal dapat sahabat-sahabat baru semua,
terutama yang baru saja naik kelas atau di
bangku perkuliahan. Ok deh, langsung aja
baca cerpen sahabat yang berjudul
Tersenyumlah Sahabat Ku!! kiriman dari
Ghyna Noviana Yuniar
berikut ini:
Tersenyumlah Sahabat Ku!!
Cerpen Sahabat
Kala mentari sudah mulai menampakan
dirinya, pancaran sinarnya pun mulai terasa
hangat. Tubuhku sudah siap untuk
menyambut pagi ini, meski bahan makalah
masih terbengkalai, laporan karya ilmiah
masih terbengkalai, tugas-tugas sekolah
pun masih terbengkalai dan sekarang
muncul pula masalah yang memusingkan
kepala. Meski pikiranku ini tak karuan, aku
paksakan kaki ini untuk terus melangkah ke
tempat tujuan.
Dia datang dengan wajah cemberut, yang
duh .... aku tak suka, wajah itu
mengingatkan aku pada musuh-musuh
teroris yang seakan-akan ingin memangsa
negeri ini sampai tak berdaya. Gayanya,
senyum sinisnya, bicaranya, diamnya dan
aku muak pada semua yang berhubungan
dengannya. Iya ... aku tau, dia sahabatku.
Sahabat yang selama ini ada disampingku,
berjuang dan hidup di tempat yang sama,
bahkan tak jarang makan dan tidur
bersama. Tapi sedihnya kebersamaan yang
indah itu harus terenggut begitu saja, kami
mengalami perang dingin semenjak
kebersamaan itu terekat semakin indah.
Awalnya tidak ada yang salah, kami tetap
seperti dulu, akrab dan selalu bersama,
dimana-mana berdua, dimana diri ini
berada, disitu pun ada dia. Tapi seketika
bencana datang menghadang, ombak yang
besar menghancurkan sendi-sendi
persahabatan kami, dan yang ada kini
hanya tinggal puing-puing tak berarti.
Aku sedih .. !!
Iya ,, aku sangat sedih. Dalam waktu sekejap
persahabatan yang indah itu hancur
berkeping-keping. Wajah manis berubah
menakutkan, tak ada kata yang keluar dari
bibirku dan bibirnya. Bibir itu mengatup
tanpa komando. Kebahagiaan berubah
menjadi kesedihan, kebersamaan berubah
menjadi perpisahan. Meski raga bersatu tapi
jiwa terpisah.
Sering aku bertanya dalam hati, kenapa ini
bisa terjadi?? Mengapa kesedihan yang
sama harus terulang kembali, mengapa
harus ada kesedihan setelah kesedihan itu
pergi ??
Tapi sayang, tak ada jawaban !
Pertanyaan hanya tinggal tanya. Aku hanya
manusia biasa, aku tetaplah insan lemah
yang tak punya daya. Aku tidak bisa
mengelak dari bencana itu.
“ Rha, besok giliran kelompok kita untuk
presentasi, tadi siang Fachri kasih tau aku.”
Aku beranikan diri menghampirinya. Aku
harus bisa melawan syetan itu. Aku tidak
mau dicap sebagai orang yang suka
memutuskan tali silaturrahmi. Seperti sabda
Nabi dalam sebuah hadistnya : “Tidak akan
masuk surga orang yang mendiamkan
saudaranya selama lebih dari 3 hari.”
Percuma beribadah sepanjang masa kalau
akhirnya tetap masuk neraka. Itulah kenapa
aku mati-matian ungkapkan sepatah dua
patah kata padanya. Aku tak peduli apakah
dia mau dengar atau tidak, ditanggapi atau
tidak aku tak peduli. Biar saja, yang yang
penting tugas dan kewajibanku selesai. Dia
mengangguk sambil bergumam pelan, aku
tidak sempat mendengar gumaman itu
karena aku terlanjur mengangkat kaki dari
sana, aku tak punya daya untuk terus
menopang kaki di tempat itu. Tak ada
ucapan terima kasih yang aku dengar dari
bibirnya. Biarlah ! aku tak butuh ucapan
terimakasih itu, yang pasti aku lega karena
kewajiban itu berhasil aku tunaikan.
Setidaknya aku tidak akan masuk neraka
karenanya. Itu saja !
Lambat laun perang dingin itu tercium juga.
Teman-teman sekelas pun heran melihat
aku yang tidak seperti biasanya. Mereka
yang tau aku dan kenal siap aku, mereka
yang selalu melihat aku dengan Zahra selalu
bersama-sama. Tapi sekarang .. mereka tak
melihat lagi hal itu. Mungkin mereka juga
sudah tau masalah antara aku dan Zahra.
Aku ditemui Nabil setelah bel pulang sekolah
di ruang kelas.
“ Syah, ada masalah ya sama Zahra ?”
tanyanya sambil menarik kursi dan duduk
disampingku. Mau tak mau aku harus jujur.
“ Iya, aku juga ngga tau kenapa bisa
terjadi ?” ujarku.
“ Awalnya gimana sih kejadiannya ?” Nabil
balik Tanya.
“ Aku rasa karena masalah kemarin, dia
nanya tapi aku menanggapinya kurang
ramah. Seharusnya dia juga ngerti kalau
saat itu aku lagi bingung dan panik.”
” Kamu kenapa jawabnya kurang ramah?”
protes Nabil.
”Aku kesal aja, dia ngga sopan sama aku.
Memang dia anggap aku apa ?” Aku balik
protes.
” Aku tau, semuanya terjadi karena kalian
sama-sama panik dan terjadilah salah
paham seperti itu. Sekarang kamu lupakan
saja masalah itu.kembalilah bersikap biasa,
bersahabatlah seperti dulu. Aku ngga suka
kamu seperti itu.
” Sebenarnya aku yang salah, seharusnya
aku bersikap bijaksana, tidak boleh
membalas keegoan dengan keegoan yang
lain.”
” Nah ,, itu kamu tau sendiri. Sekarang kamu
harus seperti dulu lagi, sapa dan bicaralah
denganya. Jangan takut dicuekin, itu
tantangan mulia untukmu. Ayo
Aisyah ...berjuanglah ! sangat mulia orang
yang menghubungkan silaturrahmi.” Nabil
menasehatiku. Aku bersyukur punya teman
yang perhatian dan suka mengingatkan. Dia
memang teman yang baik.
” Makasih ya ,, Bil. Aku akan berjuang
mengembalikan jalinan itu kembali. Mohon
doanya ya !!
Aku menggerakan bibir sambil
membentuknya menjadi lebih indah, itu
senyuman paling manis yang aku ciptakan.
Aku berharap senyumman itu bisa
meluluhkan hatinya. Tapi ternyata senyum
itu hanya tinggal senyum. Senyuman
manisku teracuhkan begtu saja, dia
melengah tanpa membalas sedikitpun.
Hatiku menyuruh sabar .. sabar .. dan tetap
sabarr.
Perjuangan belum usai !!
Aku tidak boleh menyerah ...
Aku harus tetap berjuang sampai senyuman
manisku dibalas dengan senyuman yang
paling manis.
” Oya ,, Rha , besok materi presentasi kita
tentang wawancara, drama dan pidato.”
Lagi-lagi senyumku mengembang sambil
menyapanya. Aku bersyukur punya bahan
pembicaraan supaya bisa berbicara
dengannya. Dia diam saja, lagi-lagi tanpa
ucapan terima kasih. Ah ,, sudah biasa.
Hari ini kos’an sepi, sunyi, tak ada suara-
suara yang berarti. Mungkin semua orang
sibuk dengan aktivtasnya disekolah. Aku
tau, di kamar sebelah ada Zahra. Aku juga
tau, hanya aku dan Zahra yang tersisa di
kos’an hari ini. Aku sengaja berangkat agak
siang ke sekolah,karena aku tau Zahra
masih siap-siap di kamarnya. Aku beranikan
diri menghampirinya dan mencoba
menyapanya. Bermaksud untuk mengajak
beangkat kesekolah bersama, tapi sayang
sepertinya usahaku kembali sia-sia. Dia
seolah-olah menganggapku tak ada. Saat itu,
tak sanggup lagi rasanya hatiku menerima
perlakuan seperti ini. Dia hanya diam saja
tak perdulikan omonganku.
” Rha ,, aku kesekolah duluan ya.” Lagi-lagi
aku tabah-tabahkan hati setelah sekali lagi
dicuekin. Dalam hati aku berdoa semoga
Allah melembutkan hatinya dan bisa
menerima aku kembali menjadi sahabatnya.
Sayang ,, persahabatan indah itu harus
pupus di tengah jalan setelah sekian lama
membinanya
” Boleh bicara, Rha ?” Aku menghampirinya
di perpustakaan. Dia cuek, tanpa mmenoleh
sama sekali, matanya lekat tertuju pada
buku yang sedang dia baca.
“ Rha ,, kamu dengar suara aku kan ?” kali
ini suaraku terdengar serak.sedih sekali
dicuekin seperti ini.
“ Mau ngomong apa ?” Itu suara Zahra.
Alhamdulillah akhirnya suara itu terdengar
juga setelah sekian lama aku menantinya.
“ Kita tidak boleh seperti ini terus Rha, diam-
diaman tanpa kenal dosa.sedih hati ini Rha,
kita bersahabat sejak lama, sayang hanya
karena masalah sepele kita bermusuhan
seperti ini. Mari kita rajut kembali benang-
benang itu menjadi tali ukhuwah yang lebih
indah, mari kita bina persahabatan kita
kembali.” Air mataku berjatuhan dari
pelupuknya. Air mata itu mengalir mengairi
pipi mulusku lalu merambas ke sela-sela
jilbab putih yang aku pakai. “Rabb ,, hati ini
sedih sekali.” Batinku pelan.
“ Terserah ....” Hanya itu jawaban darinya.
“ Terserah apanya, Rha ?”
“ Ya terserah .”
“ Kamu ga boleh seperti itu Rha, kasihlah
komentar harus seperti apa hubungan
kita,harus dibawa kemana persahabatan
kita ?”
“ Up to you !” itu jawaban singkat yang
betul-betul menyinggung perasaanku.
Sedikitpun dia tidak menghargai aku
sebagai sahabatnya. Dari jawaban ketus itu
aku bisa mengambil kesimpulan bahwa
Zahra tak lagi menganggap diriku
sahabatnya.
“ Terima kasih Rha atas jawabanmu,
setidaknya aku tau apa yang harus aku
lakukan setelah ini. Maaf kalau aku selama
ini tidak bisa menjadi sahabat yang baik
bagimu, maaf kalau selama ini aku sering
merepotkanmu dan maaf kalau aku harus
mengambil keputusan yang aku sendiri tak
sanggup melakukannya.
Tapi sanggup tak sanggup aku harus tetap
menjalankannya. Air mtaku bertambah
deras membasahi pipi,suaraku gemetar tak
terhingga. Sebelum beranjak aku kuatkan
hati untuk mengulurkan tangan ingin
bersalaman, mungkin jabat tangan terakhir.
Alhamdulillah dia menyambutnya walaupun
hanya sekilas saja.
Aku beranjak ke luar dengan hati pilu.
Keputusanku sudah bulat, aku harus hijrah
ke tempat lain. Aku tidakmau menjadi
masalah disini. Mengalah bukan berarti
kalah bukan ???
Namun, sungguh sejujurnya aku tak
mengharapkan kejadian ini. Aku pikir
semuanya akan baik-baik saja.
Sudahlah ...
Apa dayaku ,,,
Harapan aku selama ini tak kunjung ku
dapatkan, ku tak temukan lagi ”senyuman
dari sahabatku”.
SAHABAT
Aku bersembunyi ..
Bukan berarti akumenghindar
Aku tenggelam..
Bukan berarti aku menghilang
Tapi..
Semua itu aku lakukan
Demi kebaikan kitabersamanya